Pembekalan Kurtilas K-13 putaran ke-5 tingkat Jawa Barat

Pembekalan instruktur dan fasilitator K-13 putaran ke-5 tingkat Jawa Barat dibuka secara resmi di Aula Kemenag KBB (1/9) oleh Kasubbag TU Drs. H. E. Nadzier Wiradinata, M.M.Pd. dengan didampingi Kasi PAKIS Drs. H. Nunung Wardiana, M.MPd. Hadir dalam kesempatan tersebut dari staf Kabid Pakis Provinsi Jawa Barat Drs. H. Rahmat Jatnika, M.M. Acara tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk menyamakan persepsi tentang kebijakan Kurikulum 2013 pada acara besok di Hotel Naripan. Sekaligus dari segi waktu agar tidak terlalu lama dan tidak terlalu banyak persoalan/pertanyaan.

Menurut Kasubbag TU, Drs. H. E. Nadzier Wiriadinata, M.M.Pd, kami sarankan kepada para Bapak/Ibu pengajar Agama Islam hendaknya mengikuti  acara besok dengan sungguh-sungguh dan tidak mesti terpaku atau kaku dalam mengimplementasikan metode pengajaran kepada para peserta didik. Saya sebagai pribadi yang pernah mengalami menjadi seorang Guru, ada beberapa hal penting dalam menyampaikan ilmu kepada anak-anak:

Pertama:  Kedua: Hati (Qalbu) yang bersih. Ilmu yang kita sampaikan kepada anak-anak adalah ilmu Allah. Al’Ilmu Nuur artinya ilmu adalah cahaya. Jika pikiran dan hati kita kotor bagaimana ilmu mau sampai pada otak dan anak-anak. Bagaimana cahaya mau masuk – sedang hati dan pikiran kita kotor dengan debu-debu dosa. Semisal kaca walaupun kaca itu putih tapi kalau kaca itu penuh dengan debu maka cahaya itu tidak akan masuk ke ruangan/rumah kita. Walaupun masuk tapi tidak sejelas cahaya yang kacanya bersih. Dan perlu diyakini bahwa proses belajar-mengajar, yaitu proses disampaikannya ilmu itu. Allah SWT menyaksikan pengajar dan murid, karena itu kita perlu Hati yang bersih agar Allah SWT Yang Maha Quddus memberkahi proses belajar-mengajar.

Dahulu kala, para penyiar Agama tidak mempunyai jabatan, upah ataupun fasilitas tempat belajar yang mewah, tapi ilmu banyak diserah oleh murid. Di pesantren misalnya, para Kiai Pondok tidak berapi-api dalam menyampaikan ilmunya tapi santrinya dapat khusu’ menerima ilmu dan berefek kepada ke shalihan santri. Sebuah kisah spiritual ada seorang Nenek yang menurut kasat mata tidak meyakinkan sebagai pendidik, tidak bergelar,  tapi begitu berbincang tentang suatu ilmu beliau berpengaruh dan membuat tunduk seorang murid untuk berguru kepadanya, hal tersebut dikarenakan aura ubudiyah dan hatinya yang bersih memberi sinar ketaatan.

Kedua: Memohon Perlindungan. Dalam proses belajar-mengajar pasti mengalami tantangan dan hambatan. Tidak seindah yang diharapkan. Hambatan yang muncul dari kondisi proses belajar seperti suara saat belajar yang tidak nyaman, fasilitas yang kurang memadai, anak didik kita yang menjengkelkan bahkan hambatan yang dalam diri pengajar pun terkadang muncul seperti masalah pribadi dari rumah tangga tiba-tiba terbawa ingat saat proses pengajaran di kelas. Karena tidak boleh hanya sekedar mengandalkan kemampuan pribadi atau teori pengajaran yang kita miliki tapi kita harus mengandalkan sisi lain yakni kekuatan perlindungan Yang Maha Memiliki Allah SWT. Diibaratkan kita hendak bertamu ke rumah seseorang, diluar pagar ada seokor anjing yang menghadang, anjing yang diibaratkan sebagai penghalang, maka kita harus mengontak via telp dengan maksud kita berlindung kepada pemiliknya agar anjingnya menyingkir dan kita bisa bertamu masuk kepadanya. Tamsil tersebut bisa kita pergunakan untuk berlindung kepada Allah agar dijauhkan dari berbagai hambatan.

Ketiga: Cintailah anak didik dengan rasa memiliki. Hubungan pengajar dengan peserta didik – hubungan Guru dengan murid tidak selamanya ada dalam ruang kelas. Di saat-saat istirahat hendaknya ada sebuah rasa mencintai dan memiliki seorang murid – hal tersebut akan memberi rasa kedekatan kepada murid. Murid yang nakal atau bisa jadi tidak tertarik pada suatu ilmu yang kita ajarkan di kelas. Murid bisa berubah untuk mencintai Guru dan mencintai ilmunya. Ibarat kita memiliki barang dagangan, apabila di kesempatan lain bisa menjalin komunikasi yang baik kepada pembeli – maka pembeli bisa berubah untuk senang kepada kita dan membeli barang tersebut.

Keempat: Jadilah teladan bagi anak didik. Di saat sekarang, pendidikan dan pengajaran sangat memerlukan pribadi Guru yang memberi contoh prilaku yang dilihat murid. Kondisi yang serba terbuka, pendengaran dan penglihatan yang diterima oleh murid baik dari pengajar atau melalui media membuat murid kritis pikirannya. Pepatah mengatakan Guru kencing berdiri – murid kencing berlari. Sehebat apapun gaya penyampaian ilmu yang kita berikan kepada murid dan setinggi apapun ilmu yang kita ajarkan kepada murid tidak akan membuat murid berakhlak. Pengajaran dan pendidikan yang berkarakter hendaknya Guru menjadi teladan bagi muridnya. Karena betapapun pintarnya Guru apabila berkakhlak jelek – akan dicemoohkan oleh muridnya sendiri. Saprudin