Kasubbag TU Kemenag KBB : Jangan Terjebak Dengan Orientasi Hidup “To Have”

Saat upacara hari Senin (21/12) yang biasa rutin dilaksanakan sebelum mengawali pekerjaan, Kasubbag TU yang bertindak selaku Pembina Upacara mengajak peserta upacara untuk melakukan evaluasi terhadap segala aktivitas yang sudah dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja tahun mendatang, “Evaluasi ini penting karena kita berada dipenghujung tahun 2015,” imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut Kasubbag TU mengingatkan agar para pegawai Kemenag KBB tidak terjebak oleh faham orientasi hidup “To Have” karena faham orientasi hidup “to have” inilah yang seringkali menyebabkan banyak para pejabat di negeri ini terjerat kasus hukum.

Faham orientasi hidup “ To Have” adalah faham yang diklaim oleh seorang psikoanalis Jerman, Erich Fromm, sebagai faham yang senantiasa menjangkiti  kebanyakan orang-orang yang hidup di negara modern. Menurutnya, ciri khas penganut faham ini adalah terletak pada prinsip ‘pemilikan’ sebagai tolok ukur keberhasilan dalam hidup. Bagi penganut faham ini, jelasnya, semua yang ada disekelilingnya dipandang sebagai benda-benda yang harus dimiliki : manusia, jabatan,  prestise, rumah, mobil, tanah dan sebagainya. Semakin banyak manusia dia kuasai, semakin banyak atau tinggi jabatan yang dia raih, semakin banyak kekayaan yang dia dapatkan semakin berhasillah menurut pandangan faham tersebut.

Ironisnya, menurut Kasubbag TU, faham tersebut juga telah merasuki orang-orang desa. Orang desa yang datang ke kota dan kemudian pulang ke kampung halamannya hanya dikatakan berhasil ketika orang tersebut mengalami perubahan berupa peningkatan pada aspek ekonomi/duniawi yang dia miliki. Kalau tidak, meskipun secara moral dan spiritual yang bersangkutan mengalami pencerahan dan peningkatan kualitas, maka yang bersangkutan belum dikategorikan sebagai manusia berhasil. Oleh karena itu, tidak sedikit orang-orang yang jujur dari berbagai kalangan dan posisi dibuat galau ketika mereka merasa belum berhasil dari aspek ekonomi yang ujung-ujungnya kemudian  berbuat sesuatu yang bertentangan dengan perintah agama dan melabrak peraturan yang ada.

Faham orientasi "to have" menurut Kasubbag TU, sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Tidak ada satu ayat pun dalam al-Quran yang menjelaskan bahwa bahwa keberhasilan hidup dalam Islam dikaitkan dengan pemilikan hal-hal yang sifatnya duniawi. Menurut Islam, tegasnya, hal-hal yang sifatnya duniawi hanyalah sarana untuk dapat  meningkatkan kualitas ketaqwaan manusia (atqokum ) atau dengan  kata lain hal-hal duniawi tersebut haruslah membuat manusia bisa memberikan manfaat sebanyak-banyaknya buat sesama ( anfauhum linnas).  

Dalam kesempatan tersebut juga Kasubbag TU mengingatkan  kepada para pegawai agar bekerja itu tidak berorientasi jabatan. Jabatan bukanlah segala-galanya. Jabatan, tegasnya, adalah amanah dan sama sekali tidak memiliki kaitan langsung dengan keberhasilan seseorang dalam hidup. “Tugas kita adalah meningkatkan kualitas kinerja,” tambahnya.  (Saprudin)