Menjadikan Mata Pelajaran PAI mengasyikkan

Munurut Dra. Hj. Nida Sufiyati, MPd,  pengawas PAI  SMP Gugus 1 yang ditugaskan sejak bulan Juli Tahun 2014 di KBB, selama ini PAI menjadi mata pelajaran kelas dua yang tidak dirindukan oleh peserta didik. Kenapa hal tersebut bisa terjadi ? Menurutnya,  salah satu faktor penyebabnya ada pada diri GPAI itu sendiri. Berdasarkan supervisi yang pernah dilakukannya, pengawas ini menemukan bahwa selama ini dalam Kegiatan Belajar Mengajar PAI, GPAI terlalu mendominasi dalam proses belajar mengajar sementara peserta didik pasif dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh GPAI tersebut. GPAI masih sering menggunakan metode ceramah dalam Kegiatan Belajar Mengajar, sehingga yang terjadi adalah peserta didik tidak memperhatikan GPAInya, anak-anak asik dengan gadgetnya, anak-anak asik dengan teman sebangkunya dll.

Padahal, menurut pengawas yang santun ini, sebagian GPAI di wilayah binaannya sebagian besar sudah mengikuti Bimtek Kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 itu guru hanya sebagai fasilitator  dan dalam kurikulum 2013 itu diharapkan proses Kegiatan Belajar Mengajar tidak lagi berpusat pada guru melainkan lebih banyak peserta didik yang lebih aktif. Dalam kurikulum 2013 itu itu sendiri ada 5 M yang harus dilaksanakan dalam KBM, yaitu Mengamati, Menanya, Mengeksplorasi,  Mengasosiasi dan Mengkomunikasikan apa yang didapat dalam KBM tersebut, disamping 5M KBM juga harus PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan )

Kondisi tersebut membuat pengawas PAI ini prihatin dan membuatnya berpikir keras agar bagaimana PAI di wilayah binaannya ini menjadi mata pelajaran yang menyenangkan. Pada tahun 2015, kebetulan yang bersangkutan mendapat tugas dari Kementerian Agama Kabupaten Bandung Barat untuk mengikuti bimtek di Bogor Jawa Barat, salah satu materi yang diajarkan oleh para Instruktur Nasional itu  adalah model pembelajaran MPA ( Market Place Activity )

Dalam kegiatan Bimtek di Bogor itu, Dr. Amin Haedari, selaku Direktur PAI memberikan alasan mengenai pentingnya metodologi dalam pembelajaran di era globalisasi ini mengingat dunia pendidikan semakin mengalami perkembangan. Model pengajaran yang menonjolkan peran guru atau teacher centered learning sudah mulai jauh ditinggalkan dan digantikan dengan pembelajaran yang mengutamakan peserta didik. Hal ini berdampak pada berkembangnya model-model pembelajaran yang lebih menampilkan keaktifan peserta didik. Ia mencontohkan metode yang dikembangkan di sekolah-sekolah binaan Oxford University di Inggris yakni Market Place Activity (MPA) sangat layak diterapkan oleh para GPAI agar peserta didik lebih aktif, termotivasi dan bergairah dalam menciptakan pengalaman belajarnya sendiri.

MPA adalah sebuah metode yang berbasis active learning. Pembelajaran aktif cirinya siswa aktif mencari dan mengumpulkan pengetahuan dari satu kelompok ke kelompok lain. Istilahnya saling belanja atau “ jual beli “ pengetahuan. Dalam hal ini dibutuhkan pula kerjasama antar siswa, karenanya MPA juga layak disebut cooperative learning. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memantau jalannya pembelajaran. Tujuan dari MPA ini adalah meningkatkan semangat siswa dalam belajar, memperbaiki interaksi antara guru dan siswa, melatih berfikir kritis serta melatih pula para siswa untuk saling bertanya dan menjawab permasalahan.

Dalam kesempatan MGMP di SMPN 1 Lembang, pengawas PAI ini  sharing dengan GPAI tentang model MPA yang diperoleh dari bimtek di Bogor, penulis langsung mempraktikkan apa yang penulis dapat dari Bogor tersebut.

Pada saat itu ada kurang lebih 25 GPAI yang hadir dalam MGMP PAI di SMPN 1 Lembang, ke 25 GPAI tersebut di bagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok mendapatkan sub topik untuk didiskusikan lalu mereka meringkas hasilnya dalam 5 kata kunci dengan memberi symbol atau gambar. Tiap-tiap kelompok menugaskan 4 siswanya untuk belajar ke kelompok lain dengan cara bertanya sedangkan 2 siswa tetap diam di tempat sebagai tuan rumah yang bertugas menjawab dan menjelaskan pertanyaan. Jadi tiap kelompok bergantian berkunjung ke kelompok lain secara berurutan. Disini ada 2 aktivitas penting yang perlu diperhatikan : siswa bertanya sebanyak-banyaknya kepada teman atau “ membeli informasi (pengetahuan)” dan siswa tuan rumah bertindak sebagai pemasar pengetahuan. Ia bertugas menjelaskan sebisa mungkin atau menjual pengetahuan dengan cara menjawab pertanyaan rekannya dari kelompok lain.

Alhamdulillah setelah mempraktekkan model pembelajaran MPA ini ada sekolah yang menggunakan model ini dalam KBM, yang pada saat itu disupervisi oleh pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Bandung Barat, GPAI SMPN 4 Lembang “Dede Rosyidin, S.Ag menggunakan model pembelajaran yang didapat dari MGMP di SMPN 1 Lembang, pada saat itu Kompetensi Dasar yang diajarkan adalah Beriman kepada          Qodla dan Qodar. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok mendapatkan tema yang berbeda-beda, mereka menuliskan materi yang ditugaskan oleh GPAI tersebut, kemudian setelah selesai menuliskan ringkasan materi, 5 orang siswa bertanya ke kelompok lain, begitu seterusnya. Otomatis kelas pada saat itu sangatlah riuh dalam menjalankan pasar pengetahuan karena dari kelompok satu ke kelompok lain saling bertukar atau berjual beli informasi, dan ketika kembali ke kelompoknya siswa yang ditugaskan untuk membeli informasi itu harus menjelaskan apa yang diperolehnya kepada teman yang menjaga stand tsb. Alhamdulillah sedikit demi sedikit di wilayah  binaan pengawas  gugus1 ini sudah mengalami kemajuan yang baik dalam KBM PAI. PAI tidak lagi menjadi pelajaran nomor dua tapi sebaliknya menjadi mata pelajaran yang mengasyikkan.