Tak semua orang memiliki hasrat untuk menulis. Sekalipun mereka yang lulusan perguruan tinggi. Beruntunglah jika hasrat itu muncul. Karena menulis adalah wahana efektif untuk menyampaikan kebaikan yang akan mampu mengubah pikiran khalayak (pembaca).
Hilangkan kegamangan. Mulailah merangkai gagasan sederhana sekitar kita. Ada kemandekan, keraguan dalam merangkai kata demi kata, itu hal biasa. Bukan hanya oleh penulis pemula dirasakannya; penulis dengan jam terbang tinggi juga mengalaminya. Hal tersebut lazim terjadi pada sebuah proses kreatif menulis. Tak perlu diakhiri lalu berganti ide atau malah berhenti sama sekali.
Berhenti sementara untuk melemaskan kekakuan. Terus jaga optimisme sebagai spirit untuk membuka ruang-ruang berpikir yang bervariasi. Gali dan perluas data dan referensi dengan mengeksplorasi pelbagai sumber yang relevan. Sering-seringlah mencermati tulisan orang lain dan tulisan mereka yang memiliki jam terbang tinggi. Simpan coretan-coretan kita. Suatu waktu akan diperlukan lagi. Berlatih secara konsisten merupakan faktor yang tak kalah pentingnya. Bukankah bisa itu disebabkan oleh biasa?
Keluasan serta kedalaman ide yang kita kembangkan berbanding lurus dengan bahasa yang kita ramu. Lewat proses mentalnya, pembaca secara otomatis memberikan penilaian. Pembaca yang mana? Ya, mereka yang literat. Yang membacanya merupakan proses memahami, menganalisis, men-sintesis, dan menafsirkan. Kaitannya dengan proses kreatif menulis, membaca adalah amunisi untuk memperkaya dan mengembangkan ide, serta memperluas kosakata.
Kekhawatiran akan penilaian kurang bagus atau bahkan jelek dari pembaca adalah hal lumrah yang seyogyanya dijadikan sebuah motivasi untuk terus memperbaiki tulisan. Lain dari itu, sebagai penyeimbang agar selalu merasa perlu untuk terus mengasah kemampuan sehingga tak merasa paling hebat jika kemudian tulisan kita banyak yang mengapresiasi.
Intinya, proses yang dimaksud adalah kesinambungan belajar yang akan memunculkan sikap-mental positif berkaitan dengan perbaikan kegiatan menulis; baik dari sisi tema, bahasa, organisasi tulisan, maupun mekaniknya. Keunikan dan kualitas tulisan kita adalah konklusi dari pertanyaan, sejauh mana kita berproses?
Saya kutip dari berbagai sumber, berikut dipaparkan manfaat menulis. Pertama, dapat mengenali kemampuan dan potensi diri yang dimiliki. Kedua, dapat melatih dalam mengembangkan berbagai ide. Ketiga, dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Keempat, dapat mengorganisakan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Kelima, dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif. Keenam, akan lebih mudah memecahkan permasalahan dengan menganalisis permasalahan yang telah tersurat dalam konteks yang lebih konkret. Ketujuh, melalui kegiatan menilis, adanya dorongan untuk terus belajar secara aktif. Kedelapan, akan terbiasa untuk berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.
Manfaat luar biasa tersebut tak lantas membuat orang mau menulis. Banyak pretensi yang jadi kendalanya. Faktor-faktor berikut, di antaranya: (1) motivasi, (2) waktu, (3) teknik, (4) data/referensi, (5) teknologi, (6) tersebarnya jasa pembuatan karya tulis, dan (7) efisiensi dan efektivitas kegiatan KKG/MGMP –bagi guru.
Jadi, mulailah menulis sebagai media untuk menyebarkan kebaikan. Insyaallah, selain manfaat yang tertera di atas, menulis akan membuat kita panjang umur dan selalu tampak "kece". ***
Oleh : RUHIMAN, M.Pd
( Guru bahasa Indonesia di MTsN 2 Bandung Barat )