Tepatnya pada Jum’at, 26 Februari 2021, Pak E. Nadzier Wiriadinata, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bandung Barat merupakan hari terakhir masuk kerja dan pertanggal 28 Februari 2021 di mana beliau mengakhiri masa baktinya di Kementerian Agama sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Tentunya, bagi setiap kalangan, baik kepala madrasah, guru, pengawas, staf Kementerian Agama KBB, termasuk organisasi profesi PGM Indonesia KBB, dan yang lainnya merasa kehilangan seorang sosok birokrat yang menjadi panutan.
Di media sosial seperti WA dan FB, banyak yang menyampaikan testimoni terkait dengan kinerja beliau selama bertugas di Kementerian Agama Kabupaten Bandung Barat. Positif dan inspiratif itu yang dapat penulis petik dari postingan dan komentar dari pegawai Kemenag, rekan-rekan penulis, dan yang lainnya.
Saya mengenal beliau sejak aktif di organisasi profesi Perkumpulan Guru Madrasah Indonesia Kabupaten Bandung Barat, ketika diberikan amanah sebagai sekretaris umum mendampingi saudara ketua umum Kang Julkarnain Masa Bakti 2014-2017. Berawal dari permasalahan terkait dengan tunjangan profesi guru yang saat itu mengalami dinamika di tengah-tengah ekspektasi guru madrasah seperti realisasi inpassing.
Pak Nadzier, salah satu birokrat di Kementerian Agama KBB yang melakukan langkah kontruktif terkait dengan membukanya ruang komunikasi interaktif antara aktivis guru madrasah dengan birokrasi di Kementerian Agama KBB. Ada sebuah dialog yang pada akhirnya tercipta hubungan yang harmonis dan dialogis karena proses komunikasi dua arah dapat terwujud sehingga informasi mengenai permasalahan menyangkut hajat guru madrasah dapat tersampaikan.
Pak Nadzier merupakan potret birokrat menampilkan pelayanan publik yang humanis dengan membuka pintu lebar-lebar kepada stakeholders termasuk kepada para pegiat DPD PGM Indonesia KBB untuk berdiskusi terutama menyangkut bagaimana guru madrasah dan pendidikan madrasah di Bandung Barat semakin baik.
Tentunya, setiap orang yang mengenal beliau ada kesan yang mendalam hal itu pun terasa bagi penulis terutama berkaitan dengan pemikiran yang kontruktif dalam mengelola organisasi profesi guru madrasah di Kabupaten Bandung Barat. Ada pesan-pesan yang beliau sering sampaikan terkait dengan progres mengenai eksistensi DPD PGM Indonesia KBB, di antaranya:
Pertama, membangun sinergitas antara Kemenag KBB, PGM Indonesia KBB, dan Kelompok Kerja dari mulai jenjang RA s.d. MA. Pak Nadzier, dalam pertemuan baik yang dilakukan secara formal maupun semiformal, sering melontarkan gagasan mengenai pentingnya membangun sinergitas stakeholders di lingkungan Kementerian Agama terutama antara Kemenag, PGM Indonesia KBB dengan Kelompok Kerja dari jenjang RA sampai dengan MA.
Kebersamaan ini sangat penting karena pada prinsipnya adalah bagaimana pendidikan yang berada di wilayah binaan Kementerian Agama semakin maju baik dilihat dari aspek profesionalisme dan kesejahteraan guru, tata kelola madrasah, dan lain sebagainya. Kebersamaan itu, terkait dengan bagaimana setiap stakeholders bekerjasama sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga.
Misalnya, bagaimana PGM Indonesia KBB menjalankan tupoksinya dalam meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme guru madrasah seperti melakukan komunikasi dengan pemerintah daerah, DPRD, dan lembaga lainnya dan hal-hal berkaitan dengan guru madrasah. Begitupun KKM fokus kepada tata kelola pendidikan madrasah sehingga di lapangan tidak terkesan tumpang tindih.
Jika terjadinya berbagi peran sesuai dengan tupoksi masing-masing maka tidak terjadi kesan “ngadu geulis” akan tetapi akan terciptanya kebersamaan yang saling menguatkan satu sama lainnya atau dengan kata lain saling mengharumkan.
Kedua, memotivasi agar DPD PGM Indonesia KBB untuk terus berkarya. Beroganisasi membutuhkan sebuah ghirah dalam merealisasikan setiap progam kerjanya. Beliau berpesan bahwa dalam melaksanakan kegiatan jangan terjebak pada kuantitas para pengurus. Akan tetapi, terus bergerak melakukan langkah-langkah produktif merupakan hal yang penting dilakukan di dalam berorganisasi.
Apalagi organisasi sifatnya nonprofit, para pengurus harus mengeluarkan biaya sendiri agar program organisasi tetap berjalan. Dengan memiliki ghirah dalam beroganisasi akan menjadi motivasi bagi para pengurus lainnya untuk merealisasikan amanah organisasi.
Ketiga, mendorong terwujudnya literasi di Kementerian Agama KBB. Pak Nadzier di tengah kesibukannya sebagai birokrat di Kementerian Agama KBB, namun beliau secara perlahan tapi pasti menumbuhkan budaya literasi di Kementerian Agama KBB.
Penulis dan beberapa guru lainnya, diajak oleh beliau untuk menghidupkan website Kementerian Agama KBB dengan menjadi kontributor berita terkait dengan kegiatan madrasah dan yang berkaitan dengan Kementerian Agama KBB. Ruang untuk publikasi tulisan berupa opini dan rilis berita bagi guru madrasah pun terbuka lebar sampai saat ini.
Dari data yang penulis akses di Fortal Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat (Senin, 1/3/2021) di rubrik kontribusi opini Kementerian Agama KBB menempati posisi kedua sedangkan di rubrik berita, Kemenag KBB menempati posisi ke-9.
Selain itu, melalui media sosial yang dikelola oleh Kementerian Agama KBB seperti di Facebook, setiap guru dan kepala madrasah juga didorong untuk aktif menggali informasi yang berkaitan dengan kedinasan. Hal itu secara tidak langsung di lingkungan Kementerian Agama KBB terus ditumbuhkan literasi digital.
Pemikirannya masih aktual walau pun beliau pada akhir bulan Februari 2021 mengakhiri masa khidmatnya di Kantor Kementerian Agama KBB. Pemikiran yang menjadi lentera yang terus menerangi bagi generasi penerus terlebih bagi penulis yang saat ini masih belajar tentang makna pengabdian.
Sejatinya, banyak pemikiran dan sikap beliau yang tentunya menjadi inspirasi bagi stakeholders di Kementerian Agama KBB, tulisan ini hanya bagian kecil dalam mengungkap pemikiran beliau selama berdinas di Kementerian Agama KBB.
Akhirnya, penulis mengucapkan selamat menjalani purna bakti kepada Pak E. Nadzier Wiriadinata. Semoga kami dapat meneladani karya Bapak dalam memaknai sebuah pengabdian.
Penulis: Dadan Saepudin
Ketua 1 DPD PGM Indonesia Kabupaten Bandung Barat.