Cihampelas ( INMAS KBB ) - Rumah Tahfiz Al-Abdani, Selakopi, Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat menggelar diskusi panel dalam rangka meningkat iman dan imun dengan bertajuk “Cahaya Masjid di Tengah Kepungan Covid-19” yang berlangsung pada Ahad (27/6/2021).
Diskusi tersebut dihadiri oleh dua narasumber, Aam Muammar, Pengurus PD Muhammadiyah Kabupaten Bandung dan Yayan Muzayyan, Pengelola Rumah Tahfiz Al-Abdani yang dipandu moderator, Dadan Saepudin, jurnalis dan praktisi pendidikan serta dihadiri peserta secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan.
Menurut Aam, dalam menghadapi situasi pandami ini, sikap kita jangan sampai menganggap sepele. Akan tetapi, kita harus mengedepankan sikap moderat dengan berdoa, ikhtiar, dan tawakkal sehingga kita senantiasa menerapkan protokol kesehatan yang sudah dihimbau oleh pemerintah.
Dalam menghadapi Covid-19, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mengeluarkan maklumat untuk menerapkan 5 M, katanya.
Terkait dengan pendidikan, Aam mengungkapkan bahwa pembelajaran di masa pandemi tidak berjalan dengan baik karena tidak terjadinya pembelajaran secara langsung antara guru dan siswa. Pembelajaran dilaksanakan secara online (daring) tentunya ada beberapa kendala sehingga kualitas pendidikan menurun.
Aam pun menegaskan bahwa yang paling penting dalam situasi ini para guru dan orang tua harus mengutamakan pendidikan akhlak siswa.
Menyikapi situasi pandemi, Aam Muammar mengatakan ada hikmah yang bisa dipetik, di antaranya:
Pertama, tanamkan bahwa situasi ini merupakan cobaan dari Allah SWT. Allah memberikan pelajaran/peringatan bahwa kemampuan ilmu dan teknologi tidak ada apa-apanya di hadapan Allah SWT. Untuk itu, marilah kita senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya.
Kedua, di situasi pandemi ini, umat Islam harus terus memakmurkan masjid. Jadikan masjid sebagai gardu kehidupan umat dan untuk meminimalisir penyebaran Covid-19, pengurus DKM, harus menerapkan protokol kesehatan.
Ketiga, perlunya ketenangan dalam menghadapi Covid-19. Hindari kepanikan karena kepanikan akan mendorong lemahnya imunitas seseorang. Ia pun mengutip ungkapan Ibnu Sina “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.”
Keempat, bangun optimisme. Setiap cobaan yang diberikan kepada setiap manusia sesuai dengan kemampuan manusia tersebut. Maka dalam menghadapi pandemi, umat Islam harus optimis bahwa kita mampu menghadapi semua ini. Kita harus menghindari sikap putus asa karena hal itu akan menjauhkan dari rahmat Allah.
Kelima, belajar dari doa Nabi Yunus AS. Ketika Nabi Yunus AS diisolasi oleh Allah SWT di perut ikan paus, beliau berdoa kepada Allah SWT, Laa Ilaaha illaa Anta, Subhaanaka, Innii kuntu minadh dhaalimiin, tidak ada Tuhan yang berhak disambah selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.
Menurut Aam, berdasarkan doa Nabi Yunus As tersebut jika dikaitkan dengan pandemi Covid-19, pelajaran pentingnya yaitu kita harus menguatkan akidah kita serta menjadi ajang untuk merenung, bermuhasabah (intropeksi diri).
Sementara itu, Yayan, Pengelola Rumah Tahfiz Al-Abdani mengatakan bahwa masjid menjadi pusat pembinaan bagi umat. Untuk itu, ia berpesan untuk memakmurkan masjid. Jangan sampai kita jauh dari masjid. “Kita perkuat iman dan imun kita.” katanya.
Ia pun menambahkan bahwa dalam menghadapi pandemi, umat Islam harus bijak dalam menyikapi berita. Apalagi berita yang sifatnya tidak jelas sumbernya yang bisa dikategorikan berita hoaks.
Semoga acara diskusi ini menjadi sarana silaturahmi, solidaritas sosial, dan diharapkan ada kesimpulan yang dapat menjadi pegangan dalam menghadapi wabah Covid-19, harapnya.
Kontributor: Dadan Saepudin